Imam Malik bin Anas (Imam Mazhab)

Malik bin Anas atau lebih dikenal dengan Imam Malik sangat menguasai Ilmu Hadist dan fikih Islam. Bahkan lebih dari 100 syaikh terkemuka di Madinah pada waktu itu belajar kepada beliau. Beliau diberikan gelar “Alim Madinah” dan “Imam Ahli Al-Hijrah” disebabkan karena kedudukan dan ilmu beliau.
Kelahiran dan Nasab
Kakek Imam Malik berasal dari Yaman. Kakek beliau kemudian menetap di Madinah. Di madinah kakek beliau (Malik bin Abi Amir) ikut serta dalam penulisan ulang Al Quran pada masa khalifah Ustman bin Affan ra. Malik bin Amir juga ikut serta melindungi sahabat Rasul Ustman bin Affan RA dari pemberontakan, meskipun akhirnya khalifah Ustman bin Affan berhasil dibunuh oleh para pemberontak.
Ayah Imam Malik (Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amru) adalah seorang pengrajin panah. Meskipun ayah beliau berprofesi sebagai pengrajin panah, tetapi bertekad kuat agar putranya menempuh jalur keilmuan dan menjadi ulama. Ibu Imam Malik bernama Aliyah binti Syuraik bin Abdi Ar-Rahman, ibu beliau dari kabilah Qathaniyah Azdiyah dari Yaman. Dalam asuhan ibu beliau, Imam Malik tumbuh diarahkan menjadi orang sholeh yang mencintai ilmu.
Imam Malik dilahirnkan pada tahun 93 H di daerah Dzi Al-Marwah; agak jauh dari kota Madinah, kemudian keluarga Imam Malik pindah ke Wadi Al-Aqiq dekat kota Madinah. Wajah Imam Malik tampan dan putih, banyak orang memuji ketampanan beliau. Ketika kecil Imam Malik sudah bekerja sebagai pedatang kain. Selain itu beliau belajar kepada Alqamah bin Abi Alqamah Al-Madani. Imam Malik belajar tahfidz Al Quran, bahasa Arab, syair dan sebagainya.
Guru Imam Malik
Ibunda Imam Malik sangat ingin anakanya memperdalam ilmu fikih. Imam Malik kecil diantarkan ke majelis ilmu Syaikh Rabiah bin Abi Abdurahman. Pada waktu itu Syaikh Rabiah merupakan ulama yang menjadi rujukan di Madinah. Syaikh Rabiah sering berkata “Si Jenius datang” ketika Imam Malik kecil datang ke majelis ilmunya.
Imam Malik juga belajar dari Imam Nafi maula dari sahabat nabi Muhammad SAW , yaitu Abdullah bin Umar. Imam Malik sering menyertai Imam Nafi untuk mendapatka hadist dari beliau. Bahkan beliau termasuk dalam rantai emas jalur periwayatan hadist (Silsilah Adz-Dzahabiyah), yaitu riwayat hadist dari Syafii dari Malik dari Nafi dari Ibnu Umar dari Umar bin Khatab. Guru Imam Malik yang lain yaitu Syaikh Ibnu Hurmuz Abdullah bin Zaid, Ibnu Syihabudin Az-Zuhri, Muhammad bin Al-Munkadir dan ulama ulama lain.
Penghormatan Murid Terhadap Majelis Imam Malik
Abu Mushab berkata :
“Banyak orang berkerumun dan berdesak-desakan di depan pintu rumah Imam Malik, mereka berlomba-lomba untuk menimba ilmu”.
Dalam menjawab pertanyaan beliau seringkali berkata “Ya” atau “Tidak” dan tidak ada seorangpun yang berkata “Apa dalilnya Anda mengatakan demikian?”. Hal tersebut menunjukkan betapa tsiqah nya mereka terhadap keilmuan Imam Malik.
Karya Imam Malik
Imam Malik memiliki buku dibidang tafsir yaitu “At Tafsir li gharib Al-Quran”, beliau juga mengarang buku kecil berjudul “Risalah kepada Ibnu Wahab” dalam bidang Tauhid. Karya beliau yang paling terkenal adalah “Al Muwatha”. Al Muwatha berisi tentang fikih dan hadist, bahkan ada yang mengatakan bahwa rujukan yang paling valid setelah Al Quran adalah kitab Al Muwatha. Dalam Al Muwatha terhimpun hampir sepuluh ribu hadist, beliau menyeleksi dengan ketat hadist yang beliau masukan. Dikisahkan bahwa Imam Malik menunjukkan Al Muwatha ini kepada 70 pakar fikih di Madinah dan mereka “menyeleksi Imam Malik”, maka oleh Imam Malik bukunya diberinama Al Muwatha yang bermakna yang terseleksi dan disetujui atau tersunting.
Keberanian Menyampaikan Kebenaran
Imam Malik dikenal berani dan tidak takut dalam menyampaikan kebenaran, beliau sering mengulang perkataan berikut :
“Selayaknya bagi seorang muslim atau seorang yang telah diberi Allah dalam dirinya ilmu dan fikih, untuk masuk kepada penguasa, mengajak mereka kepada kebaikan, melarang kepada kemungkaran, serta menasehati mereka, agar masuknya seorang alim berbeda dengan lainnya”
Suatu hari beliau bertemu Khalifah Harun Ar-Rasyid dan menasehati beliau seraya berkata :
“Aku mendengar bahwa Umar bin Al Khatab dengan segala kelebihan dan kebesaran yang dimilikinya, pernah meniup api dibawah panci untuk kepentingan kaum muslimin di musim ramadhan, hingga dari janggutnya keluar asap, maka tanpa ini masyarakat tidak ridha dengan paduka”
Pujian para Ulama
Imam Abu Hanifah berkata :
“Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih pandai tentang As-Sunnah Rasulullah dari Imam Malik”
Abdurahman bin Mahdi berkata :
“Aku tidak pernah tahu seorang ulama Hijaz kecuali mereka menghormati Imam Malik, sesungguhnya Allah tidak mengumpulkan umat Muhammad, kecuali dengan petunjuk”
Imam Syafii berkata :
“Imam Malik adalah guruku, sementara aku hanyalah abdi diantara abdi Imam Malik”.
Abdullah bin Mubarak berkata :
“Tidak pernah aku melihat seorang penulis ilmu Rasulullah lebih berwibawa dari malik, dan lebih besar penghormatannya terhadap hadis Rasulullah dari Malik, serta lebih kikir terhadap agamanya dari malik, jika dikatakan kepadaku pilihlah Imam bagi umat ini, maka akan aku pilih Malik”
Dan masih banyak pujian dari para ulama terhadap Imam Malik.
Wafatnya Imam Malik
Imam Malik wafat pada tahun 179 H pada tanggal 10 Rabiul Awal. Yang bertidak sebagai imam sholat jenazah beliau adalah Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim Al-Hasyimi, beliau adalah gubernur Madinah. Imam Malik dimakamkan di pemakaman baqi di kota Madinah. Semoga amal kebaikan beliau mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan kita sebagai generasi penerus bisa meneladai beliau.
Baca juga : Kisah Imam Ahmad
Oleh admin kaos dakwah @kaosbapaksholeh

Comments

Popular Posts